Pulang kampung saat lebaran menjadi acara rutin kami setiap tahun. Disamping bersilahturahmi dengan anggota keluarga yang lain, kami juga selalu mencoba mencatat dan bernostalgia dengan beberapa aneka jajanan di saat kami kecil.
Sungguh sangat mneyenangkan bila saat – saat itu telah dekat dan kami tentu akan bersemangat untuk segera bangun pagi dan menyiapkan segala keperluan kami selama pulang kampung nanti.
Aneka jajan pasar di pasar Kranggan , Yogyakarta.(2008)
Tepatnya tanggal 29 September 2008 jam 05.30 WIB , mobil kami segera meluncur keluar komplek perumahan kami dan segera menuju jalur ke arah tol Cipularang, karena kami memang mengikuti arah jalur Selatan. Arah jalur Selatan menjadi pilihan kami, karena jalurnya lebih hijau dan sejuk.Pemandangan di setiapjalur ini menjadi pemikat kami sehingga kami sangat sayang untuk tidur selama di perjalanan. Pegunungan di sekitar Nagrek dan Tasikmalaya , kebun karet dan pinus yang berjajar rapi disepanjang jalan menuju arah Majenang membuat kami tersihir. Benar – benar kami sangat sayang untuk memejamkan mata karena kantuk, karena pemandangan seperti ini hampir tidak kami temui selama di Depok dan Jakarta.
Waktu maghrib tiba, kami sedang berada di daerah Tambak. Disini kami menjumpai banyak sekali warung –warung yang menyediakan sate bebek dan bebek goreng. Tapi karena anak-anak kami kurang begitu familiar dengan bebek, akhirnya mobil kami terus meluncur hingga Gombong. Untuk sementara buka puasa di dalam mobil, dengan teh kotak dan kue.
Ayam kampung goreng dan bakar Mas Nur, begitu spanduk yang kami baca di sisi kiri jalan. Wah sepertinya enak nich...Kemudian kami coba pesan untuk buka puasa.Wah ternyata enak saudara-saudara...lumayan. Tastenya sama dengan lidah kami.Setelah kami mau beranjak pulang, ternyata pembeli semakin banyak. Ternyata kami tidak salah masuk tenda, sepertinya warung ini memang sudah banyak pelanggannya.
Perjalanan kami lanjutkan ke rumah kami di Kutowinangun. Kami berniat melakukan sholat Idul Fitri di Kutowinangun. Selama di sini kami juga tidak mau melewatkan untuk membeli jajanan khas kota ini, seperti Sate Ambal, Cenil, Lopis, dan lain-lain. Karena masih bulan puasa , kami tidak menemukan Kue Serabi yang sangat gurih dan Bubur Endog kesukaan bu Tinug.
Perjalanan di lanjutkan ke rumah mertua ibu Tinug di Yogyakarta, hari Kamis sorenya. Sepanjang perjalanan menuju Yogyakarta inilah , kami menjumpai beberapa penjual Dawet Ireng di sekitar Prembun, juga penjual buah Bengkuang. Disekitar daerah Prembun dan Wadaslintang, memang kita dapat menemui beberapa sentra penghasil bengkuang. Di daerah Kutoarjo , kami masih mendapati beberapa warung saat kami kecil, seperti Bakso Kombi , Warung nasi Mbok Susah., Toko Lezat, dan lain-lain.Di daerah Temon , kami mendapati beberapa penjual buah Semangka dan Melon.
Menuju daerah Wates dan Sentolo, perjalanan kami sangat tersendat dan macet. Hari sudah mulai gelap, sehingga kami tidak dapat menjumpai beberapa penjual Salak Pondoh di sepanjang jalan ini.
Akhirnya kami sampai di Yogyakarta. Sebelum sampai ke rumah , kami mampir dulu di Warung Bakso Cak Mahmud di Jln. Sultan Agung. Bakso Cak Mahmud merupakan salah satu bakso favourit bu Tinug waktu kuliah di Yogyakrta. Tastenya masih sama dengan yang dulu, Cuma baksonya sekarang agak kecil.he,he,,,,,
Setiap pagi kami selalu coba pasang rencana untuk jalan mencari jajanan kenangan masa dulu. Selain ke pasar Gedong kuning, kami juga jalan menuju pasar Sanmor ( Sunday Morning di UGM), kemudian naik beca menuju Pasar Kranggan. Tujuan kami hanya satu , yaitu mencari kue dan jajan pasar. Alhasil kami pulang dengan membawa bermacam-macam jajan pasar seperti Jadah manten, kue Jongkong, Risoles, Martabak , Cenil, Lopis, Bubur Campur dan lain-lain.
Masa liburan telah usai, kamipun segera pulang ke Depok lagi dengan meninggalkan sejuta kenangan dengan beberapa jajanan pasar.